Astana Mangadeg
Astana Mangadeg merupakan komplek pemakaman para penguasa Istana Manggunegaran, yang menjadi salah satu pecahan dari Kerajaan Mataram. Astana Mangadeg berada di ketinggian 750 di atas permukaan laut terletak diperbukitan Gunung Lawu, tepatnya di Desa Karang Bangun Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar.
Raja Mangkunegaran yang dimakamkan di sana adalah Raja Mangkunegara I yang bernama Kanjeng Pangeran Adi Pati Arya Sri Mangkunegara I, terkenal dengan nama Raden Mas Said atau Pangeran Samber Nyawa yang memiliki kesaktian yang luar biasa dan gigih melawan penjajah Belanda. Yang diakhiri dengan perdamaian dengan perjanjian Salatiga pada tanggal 17 Maret Tahun 1957.
Perjalanan menuju Astama Mangadeg terasa menyegarkan karena lebatnya daun dan pepohonan yang besar dan suara kicauan burung yang akan menemani pengunjung. Gemericik air terdengar sampai kepuncak pukit, sejauh mata memandang lerlihat hamparan bukit yang hijau dikelilingi hamparan persawahan penduduk yang terlihat ijo royo-royo.
Ditengah perjalanan pengunjung akan mendapati sebuah tugu sebagai penanda Makam Astana Mangadeg. Yang letaknya ditengah-tengah antara kantor pengelola dan puncak. Disebelah tugu ada ruang yang biasa digunakan untuk bertapa, dan dibelakangnya terdapat jalan masuk menuju Astana Mangadeg.
Sebelum masuk pengunjung diwajibkan untuk meninta izin kepada pihak pengelola. Surat izin itu yang akan digunakan untuk masuk ke komplek Makam. Tidak ada tiket masuk tetapi ada kota amal yang dapat digunakan pengunjung untuk beramal. Pengunjung diwajibkan berbusana rapi dan untuk wanita memakai jarik. Ada laranga bagi pengunjung mengambil gambar/foto di komplek makam.
Makam Pangeran Samber Nyawa terletak di tengah sebelah kiri berselimut kain putih diruang terpisah, di sebelah kirinya makam istri-istrinya. Makam Pangeran Mangkunegara II terletak di sebelah wetan sedangkan Makam Pangeran Mangkunegara III terletak di sebelah kulon. Jika diperhatikan sekitar makam utama ada makam yang di golongkan menurut mangkat, kedekatan dengan keluarga keraton sampai dengan abdi dalem.
Di tempat inilah beliau merumuskan doktrin perjuangan yang di sebut Tri Darma yang berisi:
Perjalanan menuju Astama Mangadeg terasa menyegarkan karena lebatnya daun dan pepohonan yang besar dan suara kicauan burung yang akan menemani pengunjung. Gemericik air terdengar sampai kepuncak pukit, sejauh mata memandang lerlihat hamparan bukit yang hijau dikelilingi hamparan persawahan penduduk yang terlihat ijo royo-royo.
Ditengah perjalanan pengunjung akan mendapati sebuah tugu sebagai penanda Makam Astana Mangadeg. Yang letaknya ditengah-tengah antara kantor pengelola dan puncak. Disebelah tugu ada ruang yang biasa digunakan untuk bertapa, dan dibelakangnya terdapat jalan masuk menuju Astana Mangadeg.
Sebelum masuk pengunjung diwajibkan untuk meninta izin kepada pihak pengelola. Surat izin itu yang akan digunakan untuk masuk ke komplek Makam. Tidak ada tiket masuk tetapi ada kota amal yang dapat digunakan pengunjung untuk beramal. Pengunjung diwajibkan berbusana rapi dan untuk wanita memakai jarik. Ada laranga bagi pengunjung mengambil gambar/foto di komplek makam.
Makam Pangeran Samber Nyawa terletak di tengah sebelah kiri berselimut kain putih diruang terpisah, di sebelah kirinya makam istri-istrinya. Makam Pangeran Mangkunegara II terletak di sebelah wetan sedangkan Makam Pangeran Mangkunegara III terletak di sebelah kulon. Jika diperhatikan sekitar makam utama ada makam yang di golongkan menurut mangkat, kedekatan dengan keluarga keraton sampai dengan abdi dalem.
Di tempat inilah beliau merumuskan doktrin perjuangan yang di sebut Tri Darma yang berisi:
- Rumangsa Melu Handarbeni (Merasa Ikut Memiliki)
- Wajib Melu Hangrungkepi (Wajib Ikut Mempertahankan)
- Mulat Sariro Hangrasa Wani (Berani Bermawas Diri)
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar